Monday, August 27, 2018
Bantuan Air Bersih bagi Masyarakat Terdampak Kekeringan
Sebagai negara tropis, secara umum Indonesia memiliki 2 jenis musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau, yang semestinya datang secara rutin tiap 6 bulan. Namun, berbagai anomali yang timbul karena pemanasan global, dewasa ini berakibat pada inkonsistensi kedatangan musim penghujan dan musim kemarau yang kemudian berimplikasi luas bagi masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat di Kabupaten Sragen. Banjir karena musim penghujan yang terlalu lama maupun kekeringan karena musim kemarau yang berkepanjangan, nyatanya menjadi sebuah ancaman yang selalu menghantui masyarakat kita setiap tahun. Begitu juga tahun ini. Curah hujan yang amat minim semenjak awal tahun, bahkan nol di beberapa wilayah Kabupaten Sragen, membuat beberapa wilayah ini menderita kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat sekitar harus mencari air di sumber yang cukup jauh serta menunggu bantuan air bersih dari berbagai instansi terkait.
Masjid At Taqwa Gabugan, sebagai sebuah wadah untuk mensejahterakan umat, merasa terpanggil untuk memberikan uluran tangan sebagai upaya meringankan beban saudara-saudara yang sedang tertimpa musibah kekeringan ini. Setelah dilakukan koordinasi yang terbilang singkat, Masjid At Taqwa Gabugan memutuskan untuk memberikan bantuan air bersih bagi warga Desa Tlogotirto, Kecamatan Sumberlawang. Desa Tlogotirto dipilih karena sebagai salah satu daerah terdampak kekeringan, Desa ini masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun pihak terkait, sehingga masyarakat disana masih berjuang keras untuk medapatkan air bersih.
Bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen, tim dari Masjid At Taqwa Gabugan memulai perjalanan menuju Desa Tlogotirto, Sumberlawang pukul 15.00 WIB pada hari Minggu, 26 Agustus 2018 dari Masjid At Taqwa, kemudian melakukan pengisian air terlebih dahulu di sumber air Desa Peleman, Gemolong, lalu tiba di Desa Tlogitirto pukul 17.00 dengan membawa 8.000 Liter air bersih. Karena tim dari Masjid At Taqwa sudah berkoordinasi dengan warga setempat sebelumnya, tepat ketika rombongan tiba, masyarakat sudah berkumpul di halaman salah satu warga dan membawa wadah airnya masing-masing. Pak Samino, salah satu warga Desa Tlogotirto mengaku senang dan sangat terbantu dengan kedatangan mobil air ini karena sudah beberapa hari ini Pak Samino dan puluhan warga lainnya harus menempuh jarak sekitar 5 kilo meter untuk mendapatkan air bersih. Sakitar pukul 17.45, tim dari Masjid At Taqwa Gabugan memutuskan untuk meninggalkan lokasi terlebih dahulu, bertepatan dengan mobil tangki yang juga akan berpindah ke titik kumpul warga yang lainnya di desa yang sama.
Melihat efektifnya hasil yang ditimbulkan dari kegiatan semacam ini, diharapkan untuk selanjutnya, Masjid At Taqwa Gabugan akan semakin rutin dalam memberikan bantuan cepat tanggap bagi masyarakat terdampak bencana khususnya di Kabupaten Sragen, sehingga Masjid At Taqwa Gabugan bukan hanya menjadi pusat kegiatan umat namun juga menjadi solusi bagi permasalahan umat.
Idul Adha: Momentum untuk Berbagi dan Bangkit
Sebagai salah satu hari raya Islam, Idul Adha bukan hanya menjadi ritual beribadah bagi umat muslim di dunia. Shalat Idul Adha yang dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban dengan berbagai tradisinya yang tidak merusak syariat yang ada, nyatanya mampu memberikan berbagai efek positif bagi masyarakat, seperti meningkatkan rasa gotong royong, membangun rasa saling peduli sertamenciptakan kesadaran bertenggang rasa yang ada di dalam masyarakat, bahkan bukan hanya antara sesama umat muslim saja.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam rangkaian kegiatan hari raya Idul Adha tahun 1439 Hijriah, Masjid Besar At Taqwa Gabugan mengadakan kegiatan shalat Id berjamaah di kompleks Masjid Besar At Taqwa Gabugan yang kemudian dilanjutkan dengan pemotongan hewan qurban. Pemotongan hewan qurban ini dilaksanakan pada hari yang sama dengan palaksanaan Shalat Id, hari Rabu, 22 Agsutus 2018 mulai dari pukul 08.30 sampai dengan sekitar pukul 14.00, berlokasi di area halaman Masjid At Taqwa Gabugan, dengan puluhan jamaah secara sukarela ikut berpartisipasi dalam proses penyembelihan, pemeliharaan daging hewan qurban, hingga pendistribusian daging qurban kepada 400-an kepala keluarga di sekitar Desa Gabugan.
Pada tahun ini, panitia pemotongan hewan qurban Masjid At Taqwa Gabugan menyembelih 6 ekor sapi dan 6 ekor kambing. Ke-12 hewan qurban ini merupakan sumbangan dari 48 jamaah, baik yang berdomisili di sekitar masjid maupun yang sudah merantau hingga ke luar pulau Jawa. Realita bahwa masih banyaknya perantau asal Desa Gabugan yang ikut berqurban di Masjid At Taqwa, merupakan hal baik yang memberikan semangat dan menumbuhkan keayakinan bahwa Masjid At Taqwa Gabugan mampu untuk terus berkembang menjadi Masjid yang memberikan pelayan terbaik bagi masyarakat, mampu menjadi pusat kegiatan umat, karena eksistensi masjid Gabugan merupakan eksistensi jamaahnya sendiri yang tetap peduli pada masjid yang dicintainya, Masjid At Taqwa Gabugan.
Thursday, August 2, 2018
Kenapa Harus Jogokariyan?
Lawatan ke Masjid Jogokariyan Jogjakarta oleh Takmir masjid At-Taqwa Gabugan bersama puluhan Takmir masjid lain di wilayah Gemolong Raya menjadi sebuah babak baru khususnya bagi para pengurus Masjid At-Taqwa Gabugan.
Masjid yang pada jaman Rasulullah Salallahu’alaihiwassalam menjadi tempat bertemunya berbagai unsur kehidupan dari agama, budaya, ekonomi hingga politik, dewasa ini semakin tergerus eksistensinya karena Masjid dianggap sebagai tempat yang monoton dan tidak k
ompatibel untuk srawung dan rembug bersama saudara-saudara seiman, seislam kecuali untuk hal keagamaan saja. Hal ini pula yang terjadi di Masjid At-Taqwa Gabugan. Alih-alih menjadi pusat kegiatan masyarakat di sekitar masjid, masjid hanya menjadi tempat berkumpul ketika acara-acara akbar. Bahkan saat ini jamaah masjid justru didominasi oleh orang-orang berusia lanjut, bukan pemuda yang sejatinya merupakan agen penggerak masjid yang memiliki passion yang lebih besar dalam berkegiatan. Maka dari itulah, kunjungan ke Masjid Jogokariyan ini sangat penting bagi para pengurus Masjid At-Taqwa gabugan, mengingat Masjid yang berlokasi di Kota Jogja bagian selatan ini memiliki banyak prestasi terkait pengelolaan masjid yang patut diimplementasikan juga oleh masjid-masjid lain di Indonesia, termasuk oleh Masjid At Taqwa Gabugan.
ompatibel untuk srawung dan rembug bersama saudara-saudara seiman, seislam kecuali untuk hal keagamaan saja. Hal ini pula yang terjadi di Masjid At-Taqwa Gabugan. Alih-alih menjadi pusat kegiatan masyarakat di sekitar masjid, masjid hanya menjadi tempat berkumpul ketika acara-acara akbar. Bahkan saat ini jamaah masjid justru didominasi oleh orang-orang berusia lanjut, bukan pemuda yang sejatinya merupakan agen penggerak masjid yang memiliki passion yang lebih besar dalam berkegiatan. Maka dari itulah, kunjungan ke Masjid Jogokariyan ini sangat penting bagi para pengurus Masjid At-Taqwa gabugan, mengingat Masjid yang berlokasi di Kota Jogja bagian selatan ini memiliki banyak prestasi terkait pengelolaan masjid yang patut diimplementasikan juga oleh masjid-masjid lain di Indonesia, termasuk oleh Masjid At Taqwa Gabugan.
Bermula dari sebuah mushalla kecil di Jalan Jogokariyan, Masjid Jogokariyan bermetamorfosis menjadi sebuah pusat kegiatan para muslim di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Pada masa awal berdirinya, masjid ini mampu mengubah arah masyarakat muslim sekitar masjid yang dulunya kental sebagai kaum “abangan” yang lebih mengutamakan unsur kejawen daripada unsur keislaman, menuju masyarakat islam madani yang berpegang teguh pada ahlussunnah wal jamaah. Masjid Jogokariyan memiliki visi, yaitu “Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir batin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di masjid”. Sementara itu, misi dari Masjid Jogokakariyan adalah menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, memakmurkan kegiatan ubudiyah di masjid, menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah, menjadikan masjid tempat merujuk berbagai persoalan, dan menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.”
Pada era milenial ini, masjid Jogokariyan memiliki berbagai program yang terkonsep sebagai “manajemen masjid” yang pada akhirnya mampu menarik banyak masyarakat untuk merapat dan menjadikan masjid Jogokariyan bukan hanya sebagai tempat beribadah tapi juga sebagai pusat peradaban umat, termasuk para anak muda di dalamnya. Program-program tersebut antara lain:
1. Pemetaan Jamaah
Ta’mir dan pengurus Masjid Jogokariyan memiliki peta dakwah yang jelas, wilayah dakwah yang nyata, dan jama’ah yang terdata. Masjid Jogokariyan menginisiasi sensus masjidyang ditujukan untuk mengetahui data-data jama’ah secara detail, mencakup potensi dan kebutuhan, peluang dan tantangan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, serta kekuatan dan kelemahan. Pendataan itu dimaksudkan sebagai database dan peta dakwah agar kegiatan masjid bisa lebih komprehensif. Database yang mereka miliki tidak hanya menyoal hal-hal semacam itu, melainkan juga menyoal siapa saja jamaah yang sudah menunaikan shalat dan yang belum, siapa jama’ah yang shalat berjamaah ke masjid dan yang tidak, siapa jamaah yang berqurban dan berzakat di Baitul Maal Masjid Jogokariyan, serta siapa saja jama’ah yang aktif mengikuti kegiatan di masjid, seperti kajian, dan yang tidak.
2. Undangan Subuh
Dalam rangka meningkatkan niat jamaah untuk beribadah subuh berjamaah di masjid, ta’mir Masjid Jogokariyan memiliki cara tersendiri. Mereka membuat undangan khusus kepada seluruh jama’ah yang disertai dengan nama lengkap mereka. Undangan tersebut berbunyi, “Mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara .... dalam acara Salat Subuh Berjama’ah, besok pukul 04.15 WIB di Masjid Jogokariyan.”. Di dalam undangan tersebut juga disertai hadist-hadist mengenai pentingnya beribadah Subuh berjamaah di masjid. Undangan semacam itu terlihat sangat eksklusif dan terbukti mampu meningkatkan jumlah jamaah shalat subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan.
3. Gerakan Sisa Infaq Nol Rupiah
Berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Jogokariyan sangat berupaya agar saldo infak yang diberikan jamaah habis setiap pekan alias nol rupiah, kecuali apabila ada perencanaan pembangunan atau renovasi tertentu. Para pengurus berpendapat bahwa infak jamaah bukan seharusnya disimpan di dalam rekening, melainkan harus dipergunakan untuk memaslahatan umat agar dapat memiliki nilai guna. Pemanfaatan uang infak pun bermacam-macam, selain untuk operasional masjid, juga digunakan untuk kebutuhan mendesak jamaah atau warga yang tinggal di sekitar masjid. Sebagai misal, apabila ada jamaah yang anaknya perlu membayar uang sekolah, berobat ke rumah sakit, dan lain-lain. Menurut mereka, sangat tidak etis ketika saldo rekening bank masjid menumpuk tetapi disekeliling mereka masih banyak warga yang mersakan kesulitan hidup.
4. Gerakan Jamaah Mandiri
Gerakan Jamaah Mandiri diinisasi oleh Masjid Jogokariyan yang bertujuan untuk menghitung jumlah infak ideal yang perlu dibayarkan oleh jamaah. Setiap jamaah akan diberi tahu jumlah uang infaknya tiap pekan, apabila jumlah yang ditentukan sesuai dengan jumlah yang diinfakan, maka jamaah tersebut disebut sebagai jamaah mandiri. Apabila uang infaknya lebih, mereka disebut sebagai jamaah pensubsidi, sedangkan apabila uang infaknya kurang, mereka akan disebut sebagai jamaah disubsidi. Metode semacam itu mampu membuat nominal infak yang diterima oleh Masjid Jogokariyan meningkat sebesar 400% setiap minggu.[10] Ta’mir masjid pun akan memberikan laporan transparan terkait alur pemasukan dan pengeluaran dana, sehingga jamaah akan merasa senang berinfak sekali pun tidak diminta. Hal itu diharapkan oleh ta’mir sebagai upaya agar ketika akan melakukan renovasi masjid, mereka tidak perlu membebani jamaah dengan proposal.
5. Skenario Planning
Masjid Jogkariyan memiliki strategi dakwah yang terencana dengan tema-tema tertentu setiap periodenya. Sebagai misal, pada periode 2000-2005, strategi dakwah Masjid Jogokariyan bertekad untuk mengubah tradisi kaum abangan di Kampung Jogokariyan menjadi islami murni. Hal itu dimaksudkan karena sebagian besar penduduk Kampung Jogokariyan adalah bekas abdi dalem keraton yang mempraktikan ajaran Islam dengan kultur Jawa. Masjid Jogokariyan juga mengajak anak-anak muda yang gemar bermabuk-mabukan di jalan untuk diarahkan ke masjid. Ta’mir terutama, menjadikan mereka sebagai petugas keamanan masjid. Selain itu, Masjid Jogokariyan juga mengajak anak-anak kecil untuk beraktivitas di lingkungan masjid. Hal itu dimaksudkan agar anak-anak memiliki kecintaan kepada masjid dan hati mereka selalu terpaut kepada masjid. Lebih jauh lagi, di periode tersebut, Masjid Jogokariyan mulai gencar untuk mengajak warga yang tinggal di sekitar masjid untuk shalat berjamaah di masjid. Skenario Planning ini termanifestasi dalam berbagai kegiatan rutin, yang memiliki segmentasi yang telah terencana dengan matang.
1) TPA Himpunan Anak-anak Masjid (HAMAS) Jogokariyan, setiap hari ba’da Maghrib
2) Pengajian anak, setiap Sabtu ba’da Maghrib
b. Remaja
1) Pengajian Malam Rabu, setiap Selasa pukul 20.00
2) Tadarus Al Quran Keliling, setiap Jumat pukul 20.00
c. Kajian Umum
1) Majelis Dhuha, setiap Kamis pukul 08.00, diasuh oleh Ust. Jazir
2) Majelis Jejak Nabi, setiap hari Kamis pukul 16.00, diasuh oleh Ust. Salim A. Fillah
3) Kajian Tafsir Qur’an, setiap Senin pukul 20.00, diasuh oleh Ust. Aris Munandar
4) Tadabur Al Qur’an, setiap Jum’at pukul 16.00, diasuk oleh Ust. Okrizal Eka Putra
5) Kuliah Subuh, setiap hari ba’da Subuh
Semoga Masjid kita tercinta, Masjid At Taqwa Gabugan mampu berproses dan terus berkembang menjadi madrasah kehidupan yang baik, mengikuti proses baik yang selama ini sudah secara konsisten ditempuh oleh Masjid Jogokariyan. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin
Pranala Luar
http://masjidjogokariyan.com/about/
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Jogokariyan
Subscribe to:
Posts (Atom)